Firasat Kehilangan 2014




Barangkali inilah firasat itu. Sebelum benda hilang, saya suka merasa harus mengabadikannya, atau sekonyong-konyong saja ingin memegangnya. Dan benda ini pun demikian. Beberapa hari sebelum hilangnya, saya sempat berpose bersamanya. Saya merasa benar-benar menyesal karena tidak menjaganya dengan baik. Dan saya juga menyesal karena belum bisa menyingkirkan keteledoran dan kecerobohan saya. Duh! Saya rasa, tulisan ini akan menampar kedua hal itu agar menjauh dari saya. Pergilah kau, teledor! Pergilah kau, ceroboh!

    Beberapa benda yang hilang, dan sempat saya abadikan yaitu:

1. Binder bersampul denim kesukaan saya.
Binder hilang di Sahara, Marbella Hotel, Anyer.
    Binder ini hilang ketika saya membawanya ke acara Final Festival Music All Genre yang diselenggarakan oleh Disbudpar Banten yang bekerjasama dengan Komunitas Musisi Banten (Kamus Banten) pada 07 April 2014 di Sahara room, Marbella Hotel, Anyer. Hal terakhir yang saya ingat hanya ketika saya mengambilnya dari tas untuk mengeluarkan susunan acara yang diberikan panitia dari Kamus Banten dan catatan band yang masuk final. Saya berbincang dengan panitia dari Disbudpar Banten yang memberikan susunan acara pokok hari itu.
Akan tetapi, keteledoran saya rupanya bermula dari sana. Saya lupa mengembalikan binder ini ke tas saya. Dan keesokan harinya saya baru ingat, bahwa binder itu sudah raib.
    Hingga saat ini, saya masih berharap binder ini bisa kembali ke tangan saya lagi. Meskipun tidak ada catatan penting, tapi di binder itu juga ada schedule band The Cero, dan Soul Ego, juga ada list lagu, dan beberapa catatan pribadi saya; jadwal kereta Kalimaya, misalnya. Puisi, lirik lagu, dan lainnya. Karena itu, bila kamu (yang menemukan binder bersampul denim) dan ada nama Uthera Kalimaya di dalamnya, ada pass foto, dan kartu anggota Komunitas Penulis Perempuan Indonesia, silakan hubungi nomor telepon yang tercantum di sana untuk mengembalikannya. Insyaallah akan saya berikan imbalan secangkir kopi yang akan saya buat sendiri. 

2. Kaos Corak Mesir (Garut dan Pernikahan Sahabat)
Kaos ini pun hilang di jemuran, dong.
    Benda yang kedua adalah baju. Ini perasaan saya masih campur aduk kalau mengingatnya. Bagaimana tidak, baju ini hilang di jemuran, men! Masya Allah banget, kan? Gila! Bravo atau apa pun itu. Entah siapa yang mengambilnya, barangkali terbawa penghuni kost lain yang sudah pindah, atau memang sengaja mengambilnya karena baju ini bagus. Lho? Bukan hanya saya yang bilang begitu, lho. Ada beberapa orang yang bahkan memintanya.
     Saya membeli kaos ini saat saya mengantar seorang sahabat yang menikah di Garut. Dua pasang pakaian yang saya bawa rupanya tidak cukup, sebab setelah resepsi saya diminta menemani sahabat saya itu hingga akhirnya kami bisa pulang kembali ke Serang. Memang agak aneh, sih, permintaannya. Pengantin baru ingin ditemani, yang memintanya lelaki pula. Ha. Karena permintaan itu pula, saya dan kedua kawan lainnya akhirnya tinggal di sana. Rencana pulang keesokan harinya, ternyata harus dibatalkan karena orang tua pengantin perempuan melarang pergi. Keesokan harinya lagi, kepulangan kami pun harus diundur lagi, dan lagi. Hingga akhirnya saya merengek ingin ganti baju. Maka, pergilah kami ke kota Garut. Kaos inilah yang kemudian saya pilih. Dan karena hilang, rasanya saya ingin kembali ke Garut untuk melihat apakah kaos serupa masih ada atau tidak. Ah, sayang sekali.




You Might Also Like

2 Comments

  1. Teledor itu aku banget :(
    Nyesel kalo yg ilang itu nggak ada backup'anya.

    Eh kaka, senkonyong-konyong sama sekonyal-konyal itu apa artinya sama..?? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekonyong-konyong tuh sama dengan tiba-tiba saja, mendadak saja, gitu. Sekonyal-konyal? Apaan itu? Baru dengar aku. Haha. :D

      Delete